Pages

Selasa, 29 Agustus 2017

Model Budidaya Udang Skala Rumahan



Bloging kali ini ketemu artikel informasi menarik terkait dengan Budi daya udang skala rumahan, dengan judul "Model Budidaya Udang Skala Rumahan (CP Prima)".

Menurut saya tulisan ini cukup menarik untuk dishare, dengan harapan akan banyak tumbuh petani udang rumahan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan pendapatan petani.

Berikut ini saya copas untuk pembaca setia Benur Tuban


Muhlis namanya, pelopor budidaya udang vannamei di petakan kecil yang dibuat di pekarangan rumah. Kreativitas dan kegigihannya, bersambut dengan bimbingan teknologi, sarana produksi dan manajemen budidaya vannamei dari tim Kampung Vannamei CP Prima telah mengan­tarkannya menjadi petambak rumah tangga yang sukses.

“Saya punya 3 petak kecil, masing-masing 300 m2, 400 m2, dan 200 m2. Rata-rata saya tebari benur dengan kepadatan 180 ekor - 200 ekor/m2,” kata dia. Petakan kecil itu ia lapisi terpal dan dilengkapi dengan 1 – 2 buah kincir 1 phase yang bisa dijalankan dengan listrik rumah tangga.

Untuk mengoptimalkan produktivitas lahan sempit itu maka Muhlis menerapkan sistem kepadatan tebar tinggi yang diikuti dengan metode panen parsial. “Panen parsial saya lakukan 2 kali pada umur 60 hari dan 80 hari. Panen total dilakukan pada umur 95 – 100 hari,” ungkapnya.

Menurut keterangan Muhlis, petakannya yang seluas 300 m2 ditebari benur 60 ribu ekor/m2 mampu menghasilkan vannamei sebanyak 709 kg dan tingkat survival rate (daya hidup) 75 %. Panen parsial pertama (60 hari) diambil 100 kg udang size 105 ekor/kg). Parsial harvest kedua (80 hari) diambil 100 kg lagi dengan size 100. Panen keseluruhan dilakukan pada umur 95 hari, saat itu udang vannamei telah mencapai size 55, hasilnya 509 kg.

Buah Kegigihan

Muhlis yang juga ketua Pokdakan (Kelompok Pembudidaya Ikan) Mina Usaha ini mengatakan, anggota kelompoknya se­banyak 15 orang, mengusahakan 7 petak kolam vannamei. Kelompok Muhlis ini telah mendapatkan sertifikat Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan sedang mewakili Provinsi Jawa Timur untuk maju lomba Pokdakan tingkat nasional.

Muhlis berkisah, pada 2011 kelompok Mina Usaha menekuni budidaya ikan nila dan lele di karamba. “Terganjal problem sulit pemasarannya. Maka pada 2012 kita nekat coba budidaya vannamei dengan benih lokal di kolam kecil berukuran 4 x 6 dan 5 x 7 m2 berlapis terpal, tanpa pengeta­huan yang memadai,” tuturnya.

Pada 2012 Muhlis ber­temu dengan tim Kampung Van­namei CP Prima, dan didampingi untuk mengembangkan Rumah tangga Vannamei (RtVe). Ia pun diberi akses untuk mendapat­kan benur berkualitas (F1) dan pakan. “Saat itu masih pakai petakan 5 x 7 m2, tapi ring blower sudah kami ganti dengan sponge aerator karena lebih halus aerasinya dan tidak mengaduk lumpur,”paparnya.

Rumah Tangga Vannamei

Muhlis menggunakan kin­cir 1 phase pada 2013, saat itu kolamnya sudah diperluas men­jadi 300 m2. “Panen pertama hasilnya luar biasa 1,25 ton dan kedua 1 ton,” ungkapnya gembira. Melihat keberhasilan­nya budidaya udang dengan sistem Rumah Tangga Vannamei tetangga-tetangganya pun ikut meniru membuat kolam vanna­mei di samping-samping rumah.

Nonot Tri Waluyo Setjadi, inisiator Kampung Vannamei yang kemudian timnya mengembangkan RtVe menggambar­kan investasi untuk petakan RtVe 300 m2 adalah Rp 30 jutaan. Investasi itu digunakan untuk membuat petakan, pengadaan terpal, pagar/ sesek bambu, pipa paralon, kincir I phase (750 – 900 watt / 1 hp), dan genset 5.000 watt. “Investasi itu diluar biaya operasional/ produksi. Biaya produksi per kg sekarang umumnya sekitar Rp 40 ribu/kg. Tapi untuk di RtVe ini bisa lebih rendah, Rp 35 ribu/kg,” ungkap General Manager Technical Partner KaVe/RtVe CP Prima.

Nonot menjelaskan, kabar kesuksesan RtVe Mina Usaha - Batah Barat ini kemudian berkembang di sekitarnya. Awal tahun ini tumbuh 6 petak RtVe baru milik 6 orang warga di desa Pesanggrahan Kecamatan Kwanyar. Petakan RtVe di kampung ini bervariasi, ada yang hanya 90 m2, 200 m2, 800 m2, namun juga ada yang 1.000 m2.

“Budidaya udang, kini bukan lagi bisnis yang terkesan mewah dengan modal yang sangat besar. Tambak udang model RtVe dengan luasan maksimal 1.000 m2 adalah buktinya, sehingga dengan RtVe akan lebih banyak warga menjadi petambak dan bisa menikmati keuntungan dari budidaya udang. Contoh di tambak Kamil, dengan luas 300 m2,tebar 55.000 ekor bisa panen 1.200 kg atau setara dengan 40 ton/ha. Terbukti RtVe, berbudidaya yang lebih efektif-efisien dan produktif,” papar Nonot.

RtVe Pesanggrahan

Mahmud, petambak RtVe Pesanggrahan mengakui ia turut membuka kolam vannamei karena terinspirasi RtVe Batah Barat. “Saya kemudian cari cara budidaya udang di internet. Kemudian teknisnya saya dibimbing oleh tim Kampung Vanamei/RtVe,” tuturnya. Sebelumnya Mahmud adalah petani padi, dengan 2 petak sawah 90 m2 dan 1.000 m2.

Mahmud sendiri memiliki 2 petak kolam, 90 m2 dan 800 m2. “Kolam yang 800 m2 (di atas lahan 1000 m2) investasinya Rp 80 jutaan dari pinjaman. Biaya operasional Rp 70 jutaan,” tuturnya. Ia mengaku baru sekali panen, dari tebaran 100 ribu benur. Total panen 2,6 ton dari panen parsial 300 kg pada umur 80 hari (size 60 - 70) dan panen akhir pada 100 hari sebanyak 2,3 ton size 44. “Harganya saat itu Rp 79.000/kg untuk size 44. Kalau sekarang harga naik, sudah tembus Rp 90 ribu,” ujarnya.

Terus Berkembang

Nonot menjelaskan, dimulainya pem­bukaan budidaya vanamei di petakan kecil pada 2011 ini menandai era Rumah Tangga Vanamei di yang dipromotori oleh CP Prima. “Batah Barat menjadi pelopor, berhasil bahkan berkembang meluas. Keberhasilan ini harus dijaga dengan sebaik-baiknya,” ungkap Nonot.

Dengan keunggulan RtVe itu, Nonot meyakini budidaya udang skala rumah tangga yang dikembangkan oleh CP Prima ini akan terus berkembang. Karena bisa menggunakan lahan sempit dan suplai energi listrik rumahan.

Cara menjaga keberhasilan, kata Nonot tak lain dengan selalu mendampingi pembudi­daya udang RtVe untuk selalu taat pada SOP (Standard Operating Procedure) budidaya vannamei yang telah disusun oleh tim RtVe CP Prima. “SOP ini tak boleh ditawar,”tegasnya.

Tim RtVe menyimpulkan, petakan kecil membuat budidaya udang vannamei lebih terkontrol dan manajemen lebih efektif. Se­hingga lebih mudah menghindarkannya dari gangguan semacam penyakit berak putih/WFD (White Feces Disease) yang sedang mewabah.

Sumber :  http://www.trobos.com/detail-berita/2016/01/15/86/7004/-model-budidaya-udang-skala-rumahan-cp-prima
 Baca Juga Benur Udang Berkualitas

Selanjutnya.....


Seperti saya sampaikan pada tulisan Benur Tuban, Siap Kirim Ke Seluruh Wilayah Indonesia, UD. Rahmatan Lil Alamin, saat ini memiliki lokasi Budidaya Benur Udang Vaname di 10 lokasi di daerah Kecamatan Palang dan Jenu Kabupaten Tuban, dengan jumlah kolam sebanyak 16 kolam di setiap lokasi.

Budidaya benur udang telah kami geluti lebih dari 10 tahun, kami berpengalaman dalam menyediakan benur udang berkualitas dengan harga murah.

Sebelum melakukan budidaya benur sendiri, kami telah belajar kepada Saudara, yang juga menggeluti bidang yang sama, sehingga jika ada pesanan dalam jumlah besar Insya Allah, kami masih siap menyediakan, termasuk kontinuitas produksi benur dan Packing yang aman.

Pada saat belajar pada Saudara, kami mendapatkan tugas untuk mengirimkan benur ke luar pulau Jawa, yang sering kami lakukan saat itu adalah ke Kendari, Makasar dan Ujung Pandang.

Pengiriman via Pesawat Terbang, adalah sesuatu yang biasa kami lakukan.

Jika Anda berminat bekejasama dengan kami, silahkan hubungi :

UD. Rahmatan Lil Alamin
Alamat : Perumahan Karang Indah Blok BB 05
Tuban - Jawa Timur - Indonesia
Email : taufiqbenur@gmail.com
Blog : benurtuban.blogspot.co.id
Contact Person :
Muhammad Taufik Nur
(Opick Benur)
HP :
085330974900
081330995977

Note : Respon Cepat Via HP saja